BANDAR LAMPUNG (BMBK): Sejak belasan tahun silam, satu-satunya ruas jalan di Bandar Lampung yang paling banyak jadi sorotan karena kerusakan adalah Jalan Rycudu, Sukarame, Bandar Lampung. Setiap musim penghujan, jalan ini berubah seperti arena 'offroad'.
Lubang menganga di sana-sini. Air menggenang dan membuat laju kendaraan melambat, sehingga pada jam-jam sibuk kemacetan tak terhindarkan.
Semula, Jalan Ryacudu hanyalah jalan lingkungan bagi Perumahan Korpri yang ada di sisi kiri kanan, sehingga jalan ini juga kerap dinamai jalur dua Korpri. Namun setelah Pemerintah Kota Bandar Lampung membangun jalan layang (flyover) yang menghubungkan Jalan Sultan Agung melintasi jalan nasional Jalan Soekarno-Hatta (bypass) menuju Jalan Rycudu, volume kendaraan makin meningkat.
Terlebih, di hinterland jalur ini tumbuh berbagai perumahan. Kawasan di sekita Jalan Rycudu makin seksi setelah kehadiran Institut Teknologi Sumatera (Itera). Jalan Ryacudu makin jadi primadona setelah kehadiran Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang salah satu pintu keluarnya yakni Gerbang Tol Kota Baru mengakses Jalan Ryacudu.
Menurut Rektor Itera, Prof. Ofyar Z. Tamin, dari tiga gerbang tol menuju Bandar Lampung yakni Gerbang Tol Lematang, Gerbang Tol Kota Baru, dan Gerbang Tol Natar, mayoritas pengendara memilih keluar dan masuk melalui Gerbang Tol Kota Baru. Itu artinya, mesti melintasi Jalan Ryacudu. "Lebih dari 60% pengendara yang keluar masuk tol dari Bandar Lampung lewat Gerbang Tol Kota Baru," kata Ofyar Z. Tamin, Senin (12/10/2020).
Perubahan drastis dari kelas jalan lingkungan menjadi akses jalan tol, membuat apapun kondisi Jalan Ryacudu menjadi sorotan publik. Jalan yang semula tak dipersiapkan untuk kendaraan berat, tiba-tiba harus mampu menahan beban. Padahal, idealnya jalan ini hanya mampu menahan kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) 10 ton.
Belum lagi jalan warisan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang kemudian diserahkan ke Pemerintah Provinsi Lampung ini, tak dilengkapi drainase. Akibatnya, setiap musim penghujan, air menggenangi badan jalan. Wajar kemudian kalau muncul lubang besar di sana-sini.
Sebenarnya, menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung, Mulyadi Irsan, ruas jalan ini sudah diserahkan ke pemerintah pusat, karena menjadi penyambung dua jalan nasional yakni Jalan Soekarno-Hatta dan JTSS. Jalan sepanjang sekitar 5 km ini, layak diserahkan ke nasional agar pembangunannya selaras dengan perkembangan JTTS dan Jalan Lintas Sumatera.
Namun sebelum diserahkan, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, tetap menganggarkan perbaikan total di ABPD 2020. Perbaikan jalan ini menelan anggaran senilai Rp22 miliar. "Alhamdulillah ini wujud keinginan yang kuat Gubernur Lampung Pak Arinal Djunaidi dalam memperbaiki infrastruktur di Lampung,” kata Mulyadi.
Proyek yang dimenangkan PT Mulia Putra Pertama ini akan digunakan untuk perbaikan jalan dengan rigid arah dari keluar tol sepanjang 2 kilometer dan drainase di seluruh jalan tersebut. Menurut Mulyadi, jika kondisi jalan sudah baik akan dilimpahkan ke Kementerian PUPR, karena Jalan Ryacudu yang diusulkan Pemprov Lampung menjadi jalan nasional.
Pengamat Transportasi Fakultas Teknik Universitas Lampung, Dwi Hariyanto, mengatakan perbaikan Jalan Ryacudu itu berimplikasi kemudahan akses semua lini. Mulai dari sektor ekonomi hingga sektor lainnya bisa berfungsi dengan maksimal. "Jadi jalan yang kualitas bagus itu memang drainase juga harus lancar tidak tersendat," kata Dwi Hariyanto.
Menurutnya, jalan yang bagus itu tidak digenangi air, karena kalau ada air menggenang pasti lama-kelamaan akan rusak kembali. Kemudian, jalan yang dibangun harus MST 10 ton. "Jalan Ryacudu ini sangat pantas ditingkatkan MST, dan nantinya jika dialihkan ke pusat, penanganannya dari Kementerian yang melaksanakan," ujarnya.
Kini, Jalan Ryacudu bersiap menyambut tamu dari luar Lampung dengan jalan rigid beton di dua jalur. Pekerjaan masih berlangsung, namun wajah pengendara mulai sumringah. Bayangan banjir yang bertahun-tahun menerkam jalam ini bakal sirna, karena elevasi jalan dibangun lebih tinggi dari semula.
Dinas BMBK Provinsi Lampung, telah merancang perbaikan drainase di kiri kanan jalan agar air hujan tak lagi jadi problem bagi pengendara. "Perbaikan Jalan Ryacudu tak bisa hanya dari sisi jalan. Harus dibangun terpadu agar daya tahan jalan terhadap volume kendaraan yang melintas, seimbang," kata Mulyadi Irsan. (***)